Panduan

Seni Instalasi Suara: Panduan Lengkap untuk Pemula di Indonesia

Eksplorasi seni instalasi suara yang menggabungkan elemen audio, ruang, dan interaksi untuk menciptakan pengalaman mendalam yang unik bagi setiap pengunjung.

Diterbitkan pada Terakhir diperbarui pada

Pengantar Visual

close-up lapangan
rak dengan headphone yang tergantung
foto buram beberapa cahaya dalam kegelapan
sejumlah peralatan elektronik di atas meja
cahaya merah bersinar di dinding
komputer laptop hitam di atas meja putih
Photo by Luis Cortes on Unsplash
jam kayu dengan wajah terbuat dari kayu
Struktur kayu geometris membentuk pusaran yang memukau.
Photo by Logan Voss on Unsplash
speaker hitam di atas meja
headphone hitam berkabel di atas permukaan putih
Photo by Zyanya BMO on Unsplash
close up speaker di atas stand
lampu jalan putih menyala di siang hari
Meja yang berisi banyak peralatan elektronik
Photo by Dmitrii E. on Unsplash
foto hitam putih dinding bergelombang
Photo by 2H Media on Unsplash
Beberapa speaker di atas meja kayu
Photo by Con Se on Unsplash
mixer audio perak dan hitam
Bola-bola terlihat melalui garis-garis vertikal.
headphone hitam dan perak tergantung di dinding putih
foto hitam putih dinding
foto hitam putih speaker
Photo by Dongsh on Unsplash

Antisipasi

Sejak pertama kali melihat instalasi suara Yennu Ariendra di sebuah galeri seni, saya terpana bagaimana suara bisa mengubah suasana ruang. "Kenapa gak coba bikin sendiri, ya?" pikir saya. Siapa sangka, ide iseng itu membawa saya ke perjalanan tak terduga.

Saya mulai dengan merekam suara khas kota: deru mesin angkot, teriakan penjual nasi goreng, hingga gemerisik daun di taman kota. "Bakal ada yang tertarik nggak ya dengan suara-suara biasa begini?" tanya saya dalam hati sambil memeriksa rekaman di laptop butut.

Pendalaman

Hari H tiba. Di sudut ruang pameran yang sempit, saya pasang speaker kecil di antara pot tanaman. Saat tombol ditekan, suara khas kota Jakarta mengalun pelan. "Wah, suara apa tuh?" tanya seorang pengunjung sambil mendekat. Matanya berbinya saat suara klakson dan deru mesin tiba-tiba berubah menjadi irama mengejutkan saat ia melambaikan tangannya di depan sensor.

Yang paling berkesan, seorang kakek duduk lama di depan instalasi. "Suara tukang bakso lewat," bisiknya sambil tersenyum. "Dulu waktu muda, saya juga jualan bakso keliling." Matanya berbinya melihat bagaimana suara sederhana itu membangkitkan kenangan.

Refleksi

Setelah pameran usai, saya duduk di teras sambil mendengar suara adzan maghrib berkumandang. Dulu, suara itu hanya jadi latar belakang. Kini, saya menyadari setiap suara punya cerita. "Bu, tadi ada yang tanya kapan pameran lagi," kata pemilik warung kopi sebelah. Saya tersenyum. Rupanya instalasi suara sederhana itu tidak hanya mengubah cara saya mendengar, tapi juga menyatukan orang-orang di sekitar.

Kini, setiap kali mendengar suara gerobak bakso atau klakson angkot, saya tersenyum. Bunyi-bunyi itu bukan lagi gangguan, tapi musik kehidupan yang indah. Siapa sangka, dari kamar kos sempit di Jakarta, suara bisa membawa begitu banyak cerita dan kebahagiaan.

Di tengah hiruk-pikuk kehidupan kota, instalasi suara melatih kita untuk lebih peka terhadap suara di sekitar, dari gemerisik daun hingga dentang angkringan, mengubah cara kita berinteraksi dengan lingkungan.
Melalui rekaman suara tradisi seperti pedagang keliling atau musik daerah, instalasi suara menjadi media pelestarian budaya yang unik dan modern.
Paparan suara alam dalam instalasi dapat membantu menurunkan tingkat stres, menjadi alternatif relaksasi di perkotaan.
Mengajarkan anak-anak dan remaja untuk menghargai seni tidak hanya dari visual, tapi juga melalui pendengaran dan gerakan tubuh.
Mendorong pemanfaatan teknologi sederhana seperti Arduino untuk menciptakan instalasi interaktif dengan biaya terjangkau.
Memberikan ruang bagi seniman pemula untuk mengekspresikan gagasan melalui medium suara, menciptakan bahasa seni yang personal dan mendalam.
Proses pembuatan instalasi seringkali melibatkan kolaborasi dengan berbagai pihak, memperkuat ikatan sosial dan pertukaran ide kreatif.
  1. Kunjungi pameran seni suara di kota Anda, seperti yang rutin diadakan di Gudang Sarinah atau ruangrupa untuk mendapatkan inspirasi.
  2. Mulailah dengan merekam suara khas lingkungan sekitar menggunakan smartphone. Coba tangkap suara pasar tradisional, jalanan, atau alam sekitar rumah.
  3. Unduh aplikasi Audacity (gratis) untuk bereksperimen mengolah rekaman suara dasar.
  4. Ciptakan instalasi sederhana di kamar menggunakan speaker bekas dan bahan daur ulang. Contoh: gantungkan kaleng bekas dengan benang untuk menciptakan efek gema alami.
  5. Ajak teman atau keluarga untuk mencoba instalasi pertama Anda dan minta masukan jujur mereka.
  6. Ikuti workshop dasar elektronik di komunitas lokal untuk mempelajari sensor gerak sederhana.
  7. Dokumentasikan karya Anda dan bagikan di media sosial dengan tagar #InstalasiSuaraKita untuk terhubung dengan komunitas seniman suara lainnya.
  • Speaker atau headphone berkualitas (bisa dimulai dengan perangkat sederhana)
  • Smartphone atau perekam suara portabel
  • Ruang dengan akustik yang memadai (bisa ruang kosong atau teras rumah)
  • Kabel dan konektor yang sesuai
  • Aplikasi pengedit audio (gratis)
  • Bahan daur ulang untuk instalasi (kaleng, botol, kayu bekas)
  • Daftar kontak teknisi listrik jika diperlukan

Pastikan volume suara tidak melebihi 85 desibel untuk kenyamanan pendengaran. Perhatikan tata letak kabel untuk menghindari bahaya tersandung. Jika menggunakan peralatan elektronik, pastikan aman dari jangkauan air dan anak-anak. Untuk instalasi luar ruangan, gunakan peralatan tahan cuaca dan perhatikan izin dari pihak berwenang setempat.

Kalau konser musik fokusnya ke pertunjukan musisi, instalasi suara itu lebih ke pengalaman mendalam di mana penonton bisa berinteraksi langsung dengan karya. Di sini kamu yang menentukan alur ceritanya, bukan cuma duduk diam dengerin.
Bisa dimulai dengan modal seadanya, kok! Pake smartphone sama speaker bekas juga udah bisa. Tapi kalau mau yang lebih serius, siapin sekitar 1-2 juta untuk peralatan dasar. Tapi ingat, yang penting ide kreatifnya, bukan mahal-mahalan peralatannya.
Wah, jangan khawatir! Banyak seniman instalasi suara yang awalnya juga gaptek. Mulai aja dulu yang sederhana. Di komunitas-komunitas seperti Komunitas Salihara sering ada workshop untuk pemula dengan biaya terjangkau, bahkan kadang gratis!
Coba mulai dari yang dekat dengan keseharian. Misalnya, suara khas kampung halaman atau memori masa kecil. Yang penting kamu punya cerita di balik suara yang dipilih. Jangan lupa, di Indonesia banyak sekali sumber suara unik yang bisa diangkat jadi karya menarik!
Untuk pemula, mulailah dengan aplikasi pengedit audio gratis yang mudah dipelajari. Setelah mahir, Anda bisa mencoba aplikasi yang lebih canggih. Yang penting kuasai satu aplikasi terlebih dahulu sebelum beralih ke yang lain.
Mulai dari yang sederhana dulu, misalnya dengan sensor gerak atau sentuhan dasar. Banyak tutorial yang tersedia secara online, atau Anda bisa mengikuti workshop di kampus terdekat. Yang penting, buatlah interaksi yang sederhana namun bermakna.
Masalah teknis seperti suara yang tidak keluar atau sensor yang error sering terjadi. Solusinya adalah dengan melakukan pengujian berulang kali sebelum pameran. Selalu siapkan peralatan cadangan. Dalam dunia teknologi, terkadang ada saja kendala yang muncul pada saat-saat penting.
Dokumentasikan dengan baik, baik foto maupun video. Upload ke Instagram atau YouTube dengan tagar yang relevan. Jangan malu-malu ajak teman untuk lihat karya lo. Siapa tau ada yang tertarik untuk kolaborasi atau bahkan mau memamerkan karya lo di tempat mereka!
Hati-hati kalau mau rekam di tempat umum. Mending minta izin dulu, apalagi kalau mau rekam percakapan orang. Untuk musik atau lagu yang dilindungi hak cipta juga harus hati-hati. Kalau bisa, buat karya orisinil atau cari sumber suara yang berlisensi Creative Commons.
Tenang, ini pengalaman umum banget! Selalu siapkan rencana cadangan. Bawa peralatan ekstra seperti kabel atau adaptor. Kalau bisa, buat versi sederhana yang bisa langsung dipasang kalau ada masalah. Pengalaman saya, penonton biasanya ngerti kok kalau ada kendala teknis.
Sekarang lagi ngetren yang mengangkat isu lingkungan, misalnya pemanfaatan sampah elektronik untuk instalasi. Ada juga yang menggabungkan dengan teknologi VR atau AR. Tapi ingat, tren itu penting, tapi yang lebih penting adalah pesan yang ingin disampaikan lewat karya lo.
Jangan cuma lihat dari jumlah like atau komen di medsos. Perhatikan reaksi penonton saat lihat karya lo. Apakah mereka betah berlama-lama? Apakah ada yang sampai cerita pengalaman pribadinya? Itu tanda karya lo berhasil menyentuh hati. Tapi yang paling penting, apakah lo sendiri puas dengan karya yang udah dibuat?

Rancang instalasi suaramu sendiri dan ubah persepsi ruang melalui bunyi!